Kami akan membahas studi kasus reflektif tentang masalah penilaian, yang kami contohkan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Lampung Timur. Semoga diskusi ini dapat membantu bapak ibu dalam menjawab soal penelitian kasus PPG Daljad 2025.
1.
Mendiskripsikan Masalah/Kasus Nyata Yang
Pernah Dialami Secara Mendetail Dan Sistematis
Sebagai guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI MAN 1 Lampung Timur pada tahun ajaran 2024/2025, saya menghadapi banyak masalah saat menilai hasil belajar siswa. Kondisi yang diharapkan
adalah penilaian yang objektif, transparan, dan mencakup semua kemampuan siswa, termasuk kognitif, afektif, dan psikomotorik, dengan rubrik penilaian yang jelas untuk memastikan validitas dan keadilan. Kondisi yang terjadi adalah Penilaian sikap dan keterampilan saya cenderung subjektif. Seringkali, saya hanya bergantung pada kesan umum atau hasil tes tertulis tanpa arahan yang jelas. Misalnya, ketika saya menilai diskusi kelompok tentang nilai-nilai akhlak mulia, saya hanya memberikan skor berdasarkan keaktifan siswa tanpa menetapkan kriteria yang jelas, sehingga siswa yang pendiam tetapi berkontribusi besar mendapat nilai rendah. Selain itu, saya jarang menggunakan rubrik penilaian, yang menyebabkan siswa bingung tentang ekspektasi tugas dan menganggap penilaian saya tidak adil. Gap yang terjadi adalah
2.
Mendiskripsikan Upaya Penyelesaian Yang
Sesuai Secara Strategis Dan Efektif
Untuk mengatasi masalah tersebut, saya merancang beberapa upaya penyelesaian yang praktis, rasional, dan relevan dengan strategi pembelajaran yang digunakan. Pertama, Untuk meningkatkan pemahaman saya tentang konsep objektivitas, validitas, dan reliabilitas, saya mengikuti pelatihan komunitas guru tentang penilaian autentik. Praktek: Saya membuat rubrik penilaian untuk setiap tugas, seperti proyek, diskusi kelompok, dan tes lisan, dengan standar yang jelas seperti kontribusi ide, kerja sama, dan pemahaman materi. Sebelum kelas dimulai, rubrik ini dibagikan kepada siswa. Rasional dan sesuai dengan masalah: Rubrik dibuat untuk menilai aspek kognitif (pemahaman materi), afektif (sikap selama diskusi), dan psikomotorik (keterampilan presentasi). Ini secara keseluruhan mencakup perkembangan siswa dan mengurangi bias. Relevan dengan strategi pembelajaran: Untuk topik akhlak mulia, saya menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis proyek, di mana siswa membuat kampanye sederhana tentang nilai kejujuran. Rubrik penilaian disesuaikan untuk menilai kerja tim, kreativitas kampanye, dan ketepatan pesan. Memungkinkan penilaian yang lebih menyeluruh, saya juga menilai sikap siswa selama proses melalui teknik observasi dan catatan anekdot.
3.
Mendiskripsikan Hasil Dari
Upaya/Tindakannya Secara Rinci Dan Jelas
Hasil dari upaya penyelesaian ini sangat positif dan sesuai
dengan masalah yang dihadapi. Bentuk keberhasilan: Dengan penilaian yang lebih objektif dan jelas, siswa dapat memahami standar penilaian sebelum menyelesaikan tugas. Misalnya, siswa yang awalnya pasif menjadi lebih aktif dalam proyek kampanye kejujuran karena mereka tahu bahwa kontribusi mereka dinilai melalui rubrik. Bukti pendukung atau perubahan yang terjadi: Menurut data nilai, hanya 60% (19 siswa) dari 32 siswa mencapai nilai di atas KKM (75) pada proyek tersebut. Selain itu, kuesioner sederhana mendapatkan umpan balik positif dari siswa; 90% dari mereka mengatakan bahwa rubrik membantu mereka memahami ekspektasi dan merasa penilaian lebih adil. Diskusi kelas menjadi lebih hidup, dan siswa yang dulunya merasa dikurangi sekarang merasa dihargai karena telah memberikan kontribusi yang cukup. Masuk akal dan sesuai dengan masalah:
4.
Mendiskripsikan pengalaman berharga yang
bisa dipetik dari masalah/ kasus yang dihadapi
Pengalaman ini menawarkan pelajaran penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Cara penyelesaian masalah melalui pengembangan atau penggunaan: Saya menemukan bahwa rubrik penilaian adalah alat penting untuk menjamin kejujuran dan keterbukaan; proses pembuatan rubrik memaksa saya untuk menetapkan standar yang jelas dan relevan dengan tujuan pembelajaran, yang juga membantu siswa memahami ekspektasi. Antisipasi masalah serupa: Untuk menghindari masalah serupa di masa depan, saya berkomitmen untuk selalu membuat rubrik penilaian sebelum kegiatan pembelajaran dimulai dan memberikannya kepada siswa. Saya juga akan secara teratur mempertimbangkan dan mengubah rubrik sesuai dengan umpan balik siswa. Peningkatan kualitas penanganan masalah belajar: Pengalaman ini mendorong saya untuk terus meningkatkan kemampuan penilaian saya melalui pelatihan dan kerja sama dengan rekan guru. Saya juga menemukan bahwa melibatkan siswa dalam proses pembuatan rubrik, seperti berbicara tentang standar keberhasilan, dapat meningkatkan rasa memiliki siswa terhadap pembelajaran. Untuk menjamin bahwa setiap siswa menerima penilaian yang adil dan kesempatan untuk berkembang secara optimal, saya akan terus menerapkan metode penilaian autentik ke depan.
Posting Komentar untuk "Studi Kasus Reflektif Masalah Penilaian (Penilaian Tidak Objektif Dan Kurang Menggunakan Rubrik)"