Pada kesempakan kali ini kami akan berbagi tentang Pembahasan Studi Kasus Reflektif Masalah LKPD Belum Memuat Kegiatan Berpikir Tingkat Tinggi yang Kami Contohkan Misalnya Pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Lampung Timur. Semoga Pembahasan ini Dapat membantu Bapak ibu dalam menjawab Soal Study Kasus Pada Uji Pengetahuan (UP) PPG DALJAB 2025
1.
Mendiskripsikan Masalah/Kasus Nyata Yang
Pernah Dialami Secara Mendetail Dan Sistematis
Kondisi yang Diharapkan (Seharusnya):
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) di MAN 1 Lampung Timur
seharusnya dirancang untuk mendorong kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher
Order Thinking Skills/HOTS) siswa, seperti analisis, sintesis, evaluasi, dan
kreasi. LKPD diharapkan mengandung aktivitas yang menantang siswa untuk
memecahkan masalah kompleks, mengaitkan konsep dengan kehidupan nyata, serta
mengembangkan kreativitas dan pemikiran kritis sesuai dengan tujuan Kurikulum
Merdeka.
Kondisi yang Terjadi:
Berdasarkan observasi di kelas X IPA, LKPD yang digunakan
pada mata pelajaran Biologi hanya berfokus pada kegiatan berpikir tingkat
rendah, seperti menghafal definisi, mengisi tabel, dan menjawab pertanyaan
faktual. LKPD tersebut tidak menyediakan ruang untuk aktivitas analisis,
evaluasi, atau kreasi. Misalnya, pada topik "Ekosistem", siswa hanya
diminta mencocokkan istilah dengan definisi dan mengisi diagram sederhana tanpa
ada pertanyaan yang mendorong siswa untuk menganalisis hubungan antar-komponen
ekosistem atau merancang solusi terhadap permasalahan lingkungan.
Gap (Kesenjangan):
Terdapat kesenjangan antara LKPD yang digunakan dengan
standar Kurikulum Merdeka yang menekankan HOTS. LKPD kurang mendorong siswa
untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, atau menghubungkan materi dengan
konteks nyata. Hal ini menyebabkan rendahnya keterlibatan siswa dalam
pembelajaran, kurangnya kemampuan analisis, dan minimnya pengembangan
kreativitas siswa. Akar masalahnya adalah kurangnya pemahaman guru dalam
merancang LKPD berbasis HOTS serta keterbatasan referensi dan pelatihan terkait
pengembangan media pembelajaran.
2.
Mendiskripsikan Upaya Penyelesaian Yang
Sesuai Secara Strategis Dan Efektif
Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan upaya
penyelesaian yang mencakup tiga aspek berikut:
Praktis (Dapat Digunakan):
Guru merancang ulang LKPD untuk mata pelajaran Biologi dengan
memasukkan kegiatan berbasis HOTS. LKPD baru dirancang dengan format sederhana
namun terstruktur, menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa, dan dapat
diimplementasikan dalam waktu 2x45 menit. Contohnya, LKPD baru pada topik
"Ekosistem" mencakup studi kasus tentang kerusakan lingkungan lokal
(misalnya, pencemaran sungai di Lampung Timur) yang meminta siswa menganalisis
penyebab, dampak, dan solusi.
Rasional dan Sesuai dengan Masalah:
Upaya ini rasional karena langsung menargetkan kelemahan LKPD
sebelumnya, yaitu kurangnya kegiatan HOTS. LKPD baru dirancang berdasarkan
taksonomi Bloom revisi, dengan menekankan level analisis (menguraikan hubungan
antar-komponen ekosistem), evaluasi (menilai dampak kerusakan lingkungan), dan
kreasi (merancang solusi berbasis ekosistem). Pendekatan ini juga melibatkan
kolaborasi dengan rekan guru dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk
memastikan kualitas dan relevansi LKPD.
Relevan dengan Strategi Pembelajaran:
LKPD baru menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis
masalah (Problem-Based Learning/PBL) yang relevan dengan Kurikulum Merdeka.
Siswa diajak bekerja kelompok untuk mendiskusikan studi kasus, melakukan
eksperimen sederhana (misalnya, mengamati rantai makanan di lingkungan
sekolah), dan menyusun laporan kreatif. Pendekatan ini meningkatkan
keterlibatan siswa dan mendukung pengembangan HOTS.
3.
Mendiskripsikan Hasil Dari
Upaya/Tindakannya Secara Rinci Dan Jelas
Bentuk Keberhasilan :
LKPD berbasis HOTS berhasil meningkatkan keterlibatan siswa
dalam pembelajaran. Siswa kelas X IPA menunjukkan antusiasme dalam diskusi
kelompok, terutama saat menganalisis kasus pencemaran sungai dan merancang
solusi seperti kampanye pelestarian lingkungan. Hasil penilaian LKPD
menunjukkan 85% siswa mampu menjawab pertanyaan analisis dan evaluasi dengan
baik, dibandingkan sebelumnya hanya 30% pada LKPD lama.
Bukti Pendukung atau Perubahan yang Terjadi:
·
Kuantitatif: Skor rata-rata tes HOTS siswa
meningkat dari 65 menjadi 82 (skala 100) setelah penggunaan LKPD baru.
·
Kualitatif: Siswa memberikan umpan balik
positif, menyatakan bahwa LKPD baru lebih menarik karena relevan dengan
kehidupan sehari-hari. Guru lain yang mengamati pembelajaran juga melaporkan
adanya peningkatan diskusi kritis di kelas.
·
Dokumentasi: Portofolio siswa menunjukkan hasil
karya berupa poster kampanye lingkungan dan laporan analisis ekosistem yang
kreatif.
Keberhasilan Masuk Akal dan Sesuai dengan Masalah:
Keberhasilan ini logis karena LKPD baru dirancang untuk
mengatasi kekurangan spesifik, yaitu minimnya kegiatan HOTS. Pendekatan PBL
yang digunakan sesuai dengan karakteristik siswa MAN 1 Lampung Timur yang
cenderung aktif dalam diskusi kelompok. Peningkatan hasil belajar dan
keterlibatan siswa menunjukkan bahwa LKPD baru efektif dalam menjembatani
kesenjangan yang ada.
4.
Mendiskripsikan pengalaman berharga yang
bisa dipetik dari masalah/ kasus yang dihadapi
Cara Penyelesaian Masalah:
Pengalaman ini mengajarkan pentingnya merancang LKPD yang
berorientasi pada HOTS dengan melibatkan konteks lokal dan pendekatan
pembelajaran aktif. Kolaborasi dengan MGMP juga terbukti efektif untuk
memperkaya ide dan memastikan kualitas LKPD.
Antisipasi Masalah Serupa:
Untuk mencegah masalah serupa, guru perlu mendapatkan
pelatihan rutin tentang pengembangan LKPD berbasis HOTS dan memanfaatkan
referensi dari sumber terpercaya, seperti platform digital Kemenag atau jurnal
pendidikan. Selain itu, evaluasi berkala terhadap LKPD yang digunakan dapat
mengidentifikasi kelemahan sejak dini.
Peningkatan Kualitas Penanganan Masalah Belajar:
Pengalaman ini memperkuat pemahaman bahwa media pembelajaran seperti LKPD harus dirancang secara kontekstual dan berorientasi pada kebutuhan siswa. Dengan melibatkan siswa dalam kegiatan berpikir kritis dan kreatif, guru dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan siswa dalam menghadapi tantangan dunia nyata. Pendekatan ini juga mendorong guru untuk terus berinovasi dalam pengembangan media pembelajaran
Posting Komentar untuk "Studi Kasus PPG, LKPD Belum Memuat Kegiatan Berpikir Tingkat Tinggi"