Kami akan membahas studi kasus reflektif tentang strategi pembelajaran dengan tema "Tidak ada diferensiasi strategi untuk kebutuhan siswa yang beragam" pada kesempatan ini. Kami akan memberikan contoh dari Madrasah Aliyah Negeri 1 Lampung Timur sebagai contoh. Semoga diskusi ini dapat membantu bapak ibu dalam menjawab soal penelitian kasus PPG Daljad 2025.
1. Mendiskripsikan Masalah/Kasus Nyata Yang
Pernah Dialami Secara Mendetail Dan Sistematis
Selama pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di kelas XI MAN 1 Lampung Timur pada tahun ajaran 2024/2025, saya menghadapi sejumlah masalah. Salah satunya adalah kurangnya strategi pembelajaran yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan berbagai siswa. Kondisi
yang diharapkan adalah Pembelajaran PPKn dengan pendekatan diferensiasi memungkinkan berbagai gaya belajar, tingkat kemampuan, dan minat siswa untuk mencapai potensi terbaik mereka. Diharapkan siswa belajar untuk berpartisipasi secara aktif dalam kelas, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, dan memahami nilai-nilai Pancasila dan kewarganegaraan yang relevan dengan konteks lokal. Kondisi yang terjadi menunjukkan bahwa metode pembelajaran seragam, menggunakan ceramah dan penugasan individu dari buku teks untuk semua siswa, tanpa mempertimbangkan kebutuhan yang berbeda. Akibatnya, siswa yang menggunakan gaya belajar visual atau kinestetik mengalami kesulitan, siswa yang berprestasi rendah tertinggal, dan siswa yang berprestasi tinggi mengalami tantangan yang lebih sedikit. Hal ini menyebabkan siswa tidak termotivasi, dan partisipasi mereka dalam diskusi hanya 25%, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 64, di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75. Gap
yang terjadi adalah
2. Mendiskripsikan Upaya Penyelesaian Yang
Sesuai Secara Strategis Dan Efektif
Untuk menyelesaikan masalah ini, saya menggunakan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi yang berfokus pada konten, proses, dan produk, dan saya menggunakan berbagai media pembelajaran untuk mendukungnya. Praktis: Saya melakukan penilaian awal untuk mengetahui gaya belajar siswa (visual, auditori, dan kinestetik), tingkat kemampuan, dan minat mereka. Hasilnya mendorong saya untuk membuat kegiatan bertema "Penerapan Nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa". Saya menggunakan Canva untuk menyediakan infografis interaktif untuk siswa visual, dan saya juga membuat video dokumenter tentang kasus kewarganegaraan (sumber: kanal YouTube resmi Kemendikbud). Saya mengadakan diskusi kelompok dengan siswa auditori menggunakan panduan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis pertanyaan terbuka. Saya menggabungkan simulasi peran tentang mediasi konflik berbasis Pancasila dengan siswa kinestetik. Selain itu, siswa diberi pilihan untuk menyelesaikan produk akhir, yang dapat berupa laporan tertulis, presentasi visual, atau drama pendek, sesuai dengan minat mereka. Rasional dan
sesuai dengan masalah: Metode diferensiasi ini dipilih karena memungkinkan peningkatan keterlibatan, penyesuaian pembelajaran dengan kebutuhan individu, dan pengurangan disparitas hasil belajar. Relevan dengan
strategi pembelajaran: S
3. Mendiskripsikan Hasil Dari
Upaya/Tindakannya Secara Rinci Dan Jelas
Keberhasilan penggunaan Strategi Pembelajaran: Strategi diferensiasi, dikombinasikan dengan berbagai media pembelajaran, berhasil meningkatkan partisipasi dan pemahaman siswa. Diskusi kelompok meningkatkan keterampilan komunikasi auditori siswa, infografis dan video membantu siswa visual memahami konsep secara kontekstual, dan simulasi peran mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif. Siswa dapat menunjukkan pemahaman mereka sesuai minat mereka melalui pilihan produk akhir. Bukti pendukung atau
perubahan yang terjadi: 92% siswa menghasilkan laporan analisis kasus, presentasi infografis, atau simulasi mediasi kreatif dalam penilaian formatif. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 64 menjadi 86, melampaui KKM. Partisipasi siswa dalam kegiatan kelas meningkat menjadi 85%, dengan siswa dengan prestasi rendah menunjukkan kemajuan signifikan dan siswa dengan prestasi tinggi menghasilkan karya yang lebih mendalam. Seperti yang diharapkan, tingkat kehadiran siswa meningkat dari 80% menjadi 96%. Masuk akal dan sesuai dengan masalah:
4. Mendiskripsikan pengalaman berharga yang
bisa dipetik dari masalah/ kasus yang dihadapi
Cara penyelesaian masalah melalui pengembangan atau penggunaan Strategi Pembelajaran: Saya belajar banyak dari pengalaman ini tentang pentingnya melakukan asesmen diagnostik dan strategi diferensiasi untuk memenuhi kebutuhan beragam siswa. Terbukti bahwa penggunaan media pembelajaran seperti simulasi peran, video, dan infografis meningkatkan keterlibatan siswa dan hasil belajar. Antisipasi masalah serupa: Untuk menghindari masalah serupa, saya akan rutin melakukan penilaian awal untuk mengetahui kebutuhan siswa dan mengembangkan berbagai sumber media pembelajaran, seperti aplikasi interaktif atau studi kasus berbasis lokal. Selain itu, saya akan memastikan bahwa saya dapat mengatur kegiatan dengan berbagai gaya belajar. Peningkatan kualitas penanganan masalah belajar: Pengalaman ini memperkuat pemahaman saya bahwa pendekatan diferensiasi yang didukung oleh media pembelajaran yang relevan dapat mengatasi hambatan belajar inklusif. Saya belajar untuk lebih peka terhadap keberagaman siswa, menjadi lebih proaktif dalam menggunakan teknologi, dan berkomitmen untuk meningkatkan kompetensi profesional saya melalui pelatihan dan kolaborasi dengan rekan guru untuk berbagi praktik terbaik dalam pembelajaran berdiferensiasi.
Posting Komentar untuk "Studi Kasus Reflektif Masalah Strategi Pembelajaran (Tidak ada diferensiasi strategi untuk kebutuhan siswa yang beragam)"